A.
Biografi Syaikh Yusuf Al-Makasari
Tentang asal-usul Syaikh Yusuf, yang
diketahui sebenarnya bersifat legenda yang tidak dapat dipastikan kebenarannya.
Hampir semua sumber sepakat bahwa ayahnya adalah seorang tua dari kalangan
biasa, tetapi terkenal sebagai orang suci yang mempunyai banyak keramat. Ibunda
Syaikh Yusuf berasal dari keturunan
bangsawan, ia putri Gallarang Monconglo’E, teman akrab raja Goa sultan
Alauddin.
Syaikh Yusuf dibesarkan di istana
oleh raja Goa Sultan Alauddin dan diangkat oleh raja sebagai anak angkatnya.
Syaikh Yusuf dilahirkan di Makasar, Sulawesi pada tahun 1626, bertepatan dengan
8 syawal 1036 H. Tanggal tersebut terdapat dalam Kronik Goa dan Tallo
(Lightvoet 1880) , namun oleh Cense dinyatakan bahwa tanggal itu baru
ditambahkan kemudian, setelah Syaikh Yusuf menjadi terkenal.
Syaikh Yusuf merupakan orang yang
memperkenalkan tarekat Naqsabandiyah di Indonesia.hal ini disebutkan di dalam
bukunya, Safinah Al- Najah sebagaimana dia menerima ijazah dari Syaikh Muhammad
‘Abd Al-Baqi di Yaman kemudian mempelajari tarekat ketika berada di Madinah di
bawah bimbingan Syaikh Ibrahim Al-Kurani. Dalam perjalananya ke Yaman, dia
berhenti beberapa waktu di Aceh untuk memperdalam ilmu tasawuf dan memperoleh
ijazah dari seorang syaikh tarekat Qadariyah pada masa Al-Raniri. Kemudian
melanjutkan perjalanannya ke Haramain dan bermukim beberapa tahun mendalami
ilmu-ilmu tasawuf dan tarekat sampai mendapat ijazah dari seorang tarekat
Syattariyah. Kemudian dia hijrah ke Damaskus dan berhubungan dengan
syaikh-syaikh tarekat dan mempelajari tarekat Khalwatiyah. Karena kepakarannya
dalam tarekat tersebut hingga dia dijuluki Syaikh Taj Al-Khalwati Al Makassari.
Syaikh Yusuf kembali ke Indonesia
tahun 1672 M. tetapi situasi politik di negerinya Makassar, menyebabkan dia
mengurungkan niat dan memilih menetap di Jawa Barat, Banten, hingga menikah
dengan putri Sultan Banten dan menjadi seorang syaikh yang berpengaruh. Ketika
terjadi perselisihan antara Kesultanan dengan Belanda, dia menjadi pemimpin
perang bersama murid-muridnya dan angkatan perang sultan. Akan tetapi kekuatan
Belanda mampu melumpuhkan pasukan, Syaikh pun menjadi menjadi tawanan dan
diasingkan ke Srilangka pada tahun 1099 H dalam usia 57 tahun.
Ketika berada di Srilangka Syaikh Yusuf masih bisa menjalin hubungan dengan
keluarga dan murid-muridnya yan ada di tanah air melalui jamaah haji yang
singgah di Srilangka. Keadaan tersebut diketahui oleh Belanda, dan bertepatan
pada bulan juli 1693, Syaikh Yusuf disertai 49 pengikutnya dibuang ke Tanjung
Harapan, naik kapal De Voetboog. Mereka ditempatkan di daerah Zandvliet yang
terletak dekat pantai, tempat ini kemudian dinamakan Macassar.
Syaikh Yusuf menjadi pusat perhatian
dan kehidupan islam di Tanjung Harapan, yang makin lama makin bertambah banyak
dan kuat. Ia tinggal di Tanjung Harapan sampai wafatnya pada 23 Mei 1699 dalam
usia 73 tahun. Belanda menyampaikan berita duka itu kepada Sultan Banten dan
raja Goa. Kedua pemimpin itu meminta agar jenazah Syaikh Yusuf dikembalikan
dari Afrika Selatan, tetapi pihak Belanda tidak mengindahkankannya. Baru pada
zaman pemerintahan Raja abdul Jalil, tepatnya pada tahun 1704. Pemerintah
Belanda mengabulkan permintaan tersebut. Pada tanggal 5 April 1705 kerandanya
tiba di Goa dan kemudian dimakamkan di Lakiung pada esok harinya.
B.
Pemikiran Tasawuf Syaikh
Yusuf Al-Makassari
Pokok pemikiran Syaikh Yusuf dalam
Zubdat al-Asrar ditulis sebagai buku pegangan untuk murid-muridnya yang sedang
menempuh jalan tasawuf, yaitu calon sufi yang ingin mencapai makrifat dan
mengenal Tuhan.
·
Al-Ma’iyyah
dan al-Ihatah
Dikatakan
bahwa, pada setiap waktu dan dalam setiap keadaan, hamba yang bijaksana
hendaklah meyakini bahwa Allah bersama dia di manapun ia berada. Tentang
liputan ilmu Allah, dikatakan hamba harus meyakini bahwa Allah mengetahui
segala sesuatu.
·
Zikir
dan macam-macamnya
Disebut
dalam Zubdat al-Asrar berbagai macam zikir seperti “La Ilaha Illa Allah”, dinamakan
zikir orang-orang awam atau zikir lisan atau lidah. “Allah-Allah”, zikir
orang-orang khawas atau zikir qalb atau hati. Dan “Huwa-Huwa” yang
dinamakan zikir akhas al-khawas atau zikir sirr atau rahasia,
·
Wujud
Tuhan dan Bayang-bayang
Menurut
Syaikh Yusuf, wujud selain Allah hanya sebagai fenomena dari wjud yang berdiri
dan memberi wujud bagi yang lain.
·
Berbaik
sangka terhadap manusia da terhadap Tuhan
Untuk
menempuh jalan kesufian haruslah beakhlak baik, berbaik sangka terhadap semua
orang-orang bersalah, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun.
·
Tahap-tahap
dalam tasawuf (Maqamat)
Calon
sufi harus mulai perjalananya dengan tobat, berakhlak mulia dan harus percaya
bahwa qada dan qadar yang baik maupun yang buruk adalah dari Allah. Serta
melakukanya dengan niat dan ikhlas, memperbanyak zikir pada Allah setiap waktu.
·
Karamat,
mu’jizat, dan istidraj
Karamat
apabila terjadi atas diri seorang saleh yang terkait dengan syariat
terlebih-lebih hakikat, dan apabila terjadi atas diri seorang nabi dinamakan
mu’jizat, bila terjadi sebelum kenabian dinamakan irhas.
·
Al-‘Ubudiyyah
al-Mutlaqah
Dalam
tingkat ‘Ubudiyyah, seorang hamba yang ingat kepada Allah akan menjadi yang
diingat, yang nengetahui akan menjadi yang diketahui, yang melihat akan menjadi
yang dilihat, dan yang mencintai akan menjadi dicintai. Dalam hal ini perasaan
hamba seolah-olah menjadi Tuhan, karena telah memperoleh sebagian sifat-sifat
Tuhan dan sebelumnya telah mensucikan diri dan meninggalkan sifat-sifat
kemanusiaannya.
·
Al-insan
al-Kamil
Menurut
Syaikh Yusuf, prinsip pertama untuk dapat mencapai peringkat insane kamil ialah
dengan meyakini bahwa Allah trasenden, Maha Esa, tidak ada yang dapat
dipertandingkan dengan-Nya. Ia senantiasa menyertai hamba-Nya (al-ma’iyah)
dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu (al-Ihatah). Meskipun demikian
Syaikh Yusuf bersiakap sangat hati-hati untuk tidak mengaitkan dirinya dengan
ajaran wujudiyah, dengan menyatakan “kendati Tuhan mengungkapkan diri-Nya dalam
makhluk-Nya, itu tidak berarti bahwa makhluk adalah Tuhan. Makhluk hanyalah
zhill (bayang-bayang) dari wujud Tuhan sebagai wujud hakiki.
·
Tariqat,
Syaikh Bai’at dan Syaikh Talqin
Untuk
dibimbing menuju jalan Allah, calon sufi dan wliullah harus melakukan sejumlah
pekrjaan danbeberapa kebiasaan yang dilakukan dengan bimbingan seoarang Syaikh.
Terlebih dahulu calon sufi tersebut dinyatakan masuk salah satu tariqat dan
syaikh membaiat calon sufi untuk berjanji dan mentaati semua petunjuk yang
diberikan syaikh tariqat itu.
·
Wahdat
al-Wujud
Bahwa
semua makhluk dapat menyaksikan ke-Esaan Tuhan yang mutlak, dan
manifestasinya-Nya kepadanya, dan bahwa tiada wujud yang hakiki yang sebenarnya
selain wujud Tuhan dan sifat-sifatnya.
C.
Corak Pemikiran Tasawuf Syaikh Yusuf Al-Makassari
Pemikiran tasawuf Syaikh Yusuf
berdasarkan ungkapan-ungkapan yang ditemukan dalam karyanya terkesan bahwa
Syaikh Yusuf banyak berafiliasi kepada berbagai tarekat.
Seperti Syaikh Yusuf mengatakan “apabila
seseorang mengatakan kepada kamu, ‘bagaimana kamu memungkiri wujud alam,
sedangkan kamu melihat dengan mata kepalamu sendiri adanya itu, tanpa sedikit
pun kraguan?” jawaban orang-orang arif adalah “wujud hakiki ialah wujud yang
berdiri sendiri, sedangkan wujud yang kita jalani bukan wujud hakiki, melainkan
wujud bayangan saja” kemudian Syaikh susulkan konsep al-‘ayan al-tsabitah
yang seluruhnya mengacu kepada Ibn-Arabi.
Tetapi meskipun demikian Syaikh Yusuf mengkhususkan satu risalah tentang
tarekat Naqsabandiyah, yang merupakan indikasi kecenderungan kepada tarekat
tersebut lebih besar daripada tarekat yang lain. Akan tetapi dia cukup kreatif
dalam memasukkan ajaran tarekat lain dalam tarekat lain yang diajarkan pada
muridnya.
Syaikh yusuf cenderung pada mazhab
wahdah-nya Ibn ‘Arabi dan berusaha mengukuhkan mazhab ini dengan mengutip
pernyataan-pernyataan pemuka sufi.
Masuknya tarekat Naqsabandiyah pada
pertengahan kedua abad ke-17. Akan tetapi, tarekat ini mulai terorganisasi dan
disiplin ajaran-ajaranya sekembalinya Syaikh Yusuf ke Indonesia.
D.
Karya-karya Syaikh Yusuf Al-Makassari
Syaikh Yusuf adalah figure sufi yang
cukup produktif dalam karya tulis, berani, dan tegas menghadapi penguasa. Di
antara karya-karyanya yang sudah ditemukan adalah :
1.
Habl Al-Marid li Sa’adah al-Murid
Dalam
hal ini dia menasihatkan murid antara lain “jadilah kamu seperti bayangan
pribadi syaikh setiap waktu dan keadaan, selalu membayangkannya, mengawsi, dan
tidak lalai selamanya, selalu santun dengannya dan tidak melupakannya disetiap
masalahmu karena kamu bersamanya dan dia bersama Allah Swt.
2.
Al-Futuhat Al-Rabbaniyyah
Berisi
tentang keutamaan Syaikh dan kewajiban murid kepada gurunya.
3.
Zubdah Al-Asrar fi Tahqiq Masyarib Al-Akhyar
Seseorang
yang melakukan zikir hendaknya memahami makna kalimat tersebut bahwa tidak ada
tuntutan, tidak ada maksud dan tujuan, dan tidak ada kecintaan dan kerinduan,
tidak ada pelaku, dan tidak ada wujud hakiki kecuali bagi Allah Swt.
4.
Tuhfah Al-Labib bi Liqa’ Al-Habib
Berisi
tentang keutamaan mengingat Allah Swt dan bagaimana Rasul Saw selalu berzikir
kepada Allah Swt setiap saat.
5.
Safinah Al-Najah Al-Mustafadah ‘an Al-Masyayikh Al-Tsiqat
Risalah
ini menerangkan nasihat-nasihat syaikh mengenai makna baiat.
6.
Al-Fawaid Al Yusufiyyah fi Bayan Tahqiq Al-Shufiyyah
Risalah
ini ditulis sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan murid-muridnya tentang
tasawuf.
7.
Muqaddimah Al-Fawaid ila Ma La Budda min Al-‘Aqa’id
Dalam
risalah ini pengarang menguraikan tentang macam-macam zikir dan makna konsep al
a’yan al-tsabitah(wujud makhluk dalam ilmu Allah Swt) yang sngat jelas
terpengaruh dengan Ibn A’rabi dan Al-Burhanfuri mengenai syarat-syarat sebagi
murid.
Syaikh juga
mempunyai banyak risalah kecil, antar lain, Al-Barakah Al Sailaniyyah,
Bidayah Al-Mubtadi’, Qurrah Al’Ain, Sirr Al-Asrar, Daf’ Al-Bala’, Ghayah
Al-Ikhtisar wa Nih Al-Abrar li Ahl Al-Asrar, Al-Wasiyyat al-Munjiyat ‘an
Mudarrat al-Hijab, Tahsil al-Inayah wa al-Hidayah, Hasyiyah dalam Kitab
al-Anbah fi I’rab La Ilaha Illa Allah, Hazihi
Fawaid Lazimah Zikr La Ilaha Illa Allah, Taj al-Asrar fi Tahqiq Masyarib al-Arifin,
dan Matalib al-Salikin.