BAB 1
KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
A.
Definisi Perencanaan
Rumusan baru tentang perencanaan yang diambil dari beberapa rumusan
dapat dikatakan bahwa Perencanaan yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat
kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang
antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan
tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B.
Perencanaan Pembelajaran
Istilah pembelajaran
memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk
membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya
berinteraksi dengan guru sebagai sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi
dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan
perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “ apa yang
dipelajari siswa”.
C.
Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai
berikut:
1.Untuk memperbaiki kualitas pembelajarn perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran
2.Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan system
Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar
3.Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan
5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini aka nada tujuan langsung pembelajaran dan tujuan pengiring dari pembelajaran
6. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
7. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran
8. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1.Untuk memperbaiki kualitas pembelajarn perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran
2.Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan system
Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar
3.Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan
5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini aka nada tujuan langsung pembelajaran dan tujuan pengiring dari pembelajaran
6. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
7. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran
8. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
D.
Prinsip – Prinsip Umum Tentang Mengajar
1. Mengajar
harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa yang telah
dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan.
2.
Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
3.
Mengajar harus memperhatikan perbedaan individu setiap siswa.
4.
Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam
mengajar.
5.Tujuan
pengajaran harus diketahui siswa.
6.
Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.
7.
Dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak diketahui (konsep yang
bersifat abstrak)
8.
Sering menggunakan penguatan (reinforcement)
E.
Tipe – Tipe Belajar
1.
Belajar
isyarat (signal learning)
2.
Belajar
stimulus (stimulus respon learning)
3.
Belajar
rangkaian (chaining)
4.
Asosiasi
verbal (verbal association)
5.
Belajar
diskriminasi (discrimination learning)
6.
Belajar
konsep (concept learning)
7.
Belajar
aturan (rule learning)
8.
Belajar
pemecahan masalah (problem solving)
BAB 2
PENDEKATAN SISTEM DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
A.
Pengertian Sistem
Pengertian
system adalah suatu kesatuan unsur – unsur yang saling berinteraksi secara fungsional
yang memperoleh masukan menjadi keluaran.
B.
Tujuan Sistem
Tujuan suatu lembaga
pendidikan ialah untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkan.
Tujuan instruksional ialah agar siswa belajar mengalami perubahan perilaku
tertentu sesuai dengan tingkat taksonomi yang telah dirumuskan terlebih dulu.
C.
Fungsi-Fungsi Sistem
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagai
fungsi yang beraktivitas.
D.
Komponen-komponen sistem
Bagian suatu system yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha
mencapai tujuan system disebut komponen. Komponen yang melakukan proses
transformasi disebut subsistem, karena masing – masing bagian atau komponen itu
sesungguhnyaadalah suatu system pula.
E.
Interaksi atau Saling Hubungan
Semua komponen dalam system pembelajaran haruslah saling
berhubungan satu sama lain.
F. Penggabungan yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan
F. Penggabungan yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan
Penggabungan yang menimbulkan keterpaduan ini berdasarkan pada
hokum Gestalt yang menyatakan bahwa suatu keseluruhan itu mempunyai nilai atau
kemampuan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan jumlah bagian-bagian.
G.
Proses Transformasi
Proses yang mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). Hasil
yang dikeluarkan oleh suatu system kepada sebuah atau beberapa system lainnya
sebagai masukan yang akan diproses lebih lanjut, dan berlangsung secara
berkesinambungan melalui tahapan transformasi.
BAB 3
TIGA VARIABEL PEMBELAJARAN
Titik awal upaya memperbaiki kualitas pembelajaran diletakkan pada
proses pembelajaran atau pada metode pembelajarannya. Manipulasi variabel
metode dalam interaksinya dengan variabel kondisi pembelajaran akan menentukan
kualitas hasil pembelajaran.
A.
Metode Pembelajaran
Variabel
metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis,
yaitu:
1. Strategi Pengorganisasian (organizational strategy)
1. Strategi Pengorganisasian (organizational strategy)
2. .Strategi
Penyampaian (delivery strategy)
3. Strategi
Pengelolaan (management strategy)
B.
Kondisi Pembelajaran
Regeluth dan Merril (1979) mengelompokkan variabel kondisi
pembelajaran menjadi tiga (3) kelompok, yaitu:
1.
Tujuan
Pembelajaran
2.
Kendala
dan karakteristik bidang studi
3.
Karakteristik
si belajar
C.
Hasil Pembelajaran
1.
Keefektivan
(effectiveness)
2. Efisien (efficiency)
3. Daya Tarik (appeal)
BAB 4
SEPULUH LANGKAH MENDESAIN PEMBELAJARAN MENURUT DICK AND CARREY
A.Pendahuluan
Sebagai seorang tenaga pengajar (guru), aktivitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan dengan proses pengajaran. Proses pengajaran merupakan suatu proses yang sistematis, yang tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik.
Desain Pembelajaran Menurut Dick and Carrey Model pengajaran Dick
and Carry (1985) dapat disajikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran
2.
Melaksanakan
analisis pengajaran
3.
Mengidentifikasi
tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
4.
Merumuskan
tujuan performansi
5.
Mengembangkan
butir-butir tes acuan patokan
6.
Mengembangkan
strategi pengajaran
7.
Mengembangkan
dan memilih material pengajaran
8.
Mendesain
dan melaksanakan evaluasi formatif
9.
Merevisi
bahan pembelajaran
10.
Mendesain
dan melaksanakan evaluasi sumatif
BAB 5
TUJUAN PEMBELAJARAN
A.
Pendahuluan
Keuntungan yang dapat diperoleh melalui penuangan tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Keuntungan yang dapat diperoleh melalui penuangan tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.
Waktu
mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat
Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu singkat.
Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu singkat.
2.
Guru
dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat disajikan dalam
setiap jam pelajaran.
3.
Guru
dapat menetapkan urutan atau rangkaian materi pelajaran secara tepat
(memudahkan siswa mempelajari isi pelajaran)
4.
Guru
dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi mengajar yang paling
cocok dan menarik
5.
Guru
dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan
dalam keperluan belajar
6.
Guru
dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar
7.
Guru
dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan hasil
belajar tanpa tujuan jelas
B.
Arti Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan
menunjukkan penampilan dan keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat
dicapai sebagai hasil belajar.
C.
Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Benyamin S. Bloom dan D. Krathwolh (1964) memilah taksonomi
pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni : kognitif
tingkatpengetahuan(knowledge), tingkat pemahaman (comprehension), tingkat
penerapan (application),tingkat analisis (analysis), tingkat sintesis
(synthesis), tingkat evaluasi (evaluation), afektif ( sikap dan perilaku),
kemauan menerima, kemauan menanggapi,berkeyakinan,penerapan karya, ketekunan
dan ketelitian, psikomotor, persepsi, kesiapan, mekanisme, respons terbimbing,
kemahiran, adaptasi, originasi format untuk menulis tujuan pembelajaran tujuan
pembelajaran sebaiknya dinyatakan dalam bentuk ABCD format, artinya:
A = Audience (petatar, siswa, mahasiswa, dan sasaran didik lainnya)
B = Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar)
C = Condition (persyaratan
yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat dicapai
D = Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima)
BAB 6
STRATEGI PEMBELAJARAN
A.
Sekilas tentang Strategi Pembelajaran
Paling
tidak ada tiga (3) jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yaitu:
1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
2. Strategi
Penyampaian Pembelajaran
3. Strategi
Pengelolaan Pembelajaran
4. Strategi
Pengorganisasian Pengajaran
Strategi pengorganisasian pembelajaran secara khusus merupakan fase
yang amat penting dalam rancangan pengajaran, Synthezing akan membuat topic-topik
dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi siswa.
BAB 7
DESAIN PESAN DAN KARAKTERISTIK SISWA DALAM PEMBELAJARAN
A.
Konsep Desain dalam Teknologi Pembelajaran
Teknologi pembelajaran adalah penerapan secara sistemik dan
sistematis strategi dan teknik yang diambil dari konsep ilmu perilaku dan ilmu
yang bersifat fisik serta pengetahuan lain untuk keperluan pemecahan masalah
pembelajaran.
Salah satu isu yang berkenaan dengan bidang garapan ini adalah
siapakah yang menjadi sasaran layanan teknologi pendidikan ? bagaimana model
layanan yang cocok diberikan kepada sasaran ? bagaimana karakteristik yang
dilayani ? bagaimana mendesain layanan yang diberikan pada sasaran layanan?
B.
Desain Pesan dalam Teknologi Pembelajaran
Dalam kawasan teknologi pendidikan terdapat lima (5) kawasan yang
menjadi bidang garapan penelitian.
C.
Karakteristik Siswa
Variabel ini didefinisikan sebagai aspek – aspek berupa bakat,
minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan
awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya.
Aliran Behaviorisme kaitannya dengan Karakteristik Siswa
Aliran Behaviorisme kaitannya dengan Karakteristik Siswa
Aliran perilaku stimulus dan respon (S – R) adalah suatu
aliranperilaku yang menekankan antecendent sebagai penyebab dari perilaku yang
umumnya disebut metodologi aliran perilaku (Skiner, 1974). Salah satu aspek
yang berbeda dari pendekatan metodologi behavioris adalah pada permintaan untuk
data – data eksperimental (manipulative) untuk membenarkan setiap interpretasi
dari perilaku adalah sebab akibat. Observasi secara alamiah, pengalaman
pribadi, penilaian harus berdasar pada bukti-bukti untuk mendukung setiap penjelasan
secara psikologis. Formula ini berarti bahwa setiap pendengar harus membuat
respons yang tepat ketika ada rangsangan (stimulus) yang tepat dan ketika
terdapat suatu kondisi yang diperlukan.
D. Analisis Tugas dan Tujuan Perilaku
Kibler dkk (1974) mencatat ada banyak dasar-dasar yang rasional
untuk menggunakan tujuan perilaku. Ini termasuk :
1.
Membantu
mengevaluasi kinerja pendengar
2.
Mendesain
dan merancang urutan-urutan dari instruksi
3.
Mengkomunikasikan
persyaratan dan harapan-harapan
4.
Menyediakan
dan mengkomunikasikan terlebih dahulu tingkat kinerja dari instruksi
Desain Saat Ini dan Model Penyampaian PSI (Personalized System of Intructional)
Desain Saat Ini dan Model Penyampaian PSI (Personalized System of Intructional)
Ada
5 karakter PSI, yaitu :
-
Menggunakan
instruktur atau pengajar
-
Penguasaan
materi pelajaran
-
Menyusun
sendiri kecepatan belajarnya
-
Guru
sebagai motivator
-
Menggunakan
kata-kata tertulis
-
Ketepatan
Mengajar (Precision Teaching)
Suatu metode yang lebih menekankan monitoring kegiatan belajar di
dalam kelas. Guru yang tepat menjadi lebih lancer, akurat, dan cepat
kinerjanya, suatu tujuan yang dapat meningkatkan kemajuan murid.
BAB 8
PERLUNYA MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR EMOSIONAL ANAK DALAM MERANCANG
PEMBELAJARAN
A. Konsep Dasar Emosional
Lawrence Shapiro (1997),
kecerdasan emosional anak dapat dilihat pada (a) keuletan, (b) optimism, (c)
motivasi diri, dan (d) antusiasme. Kecerdasan emosional pengukurannya bukan
didasarkan pada kepintaran seorang anak, tetapi melalui suatu yang disebut dengan
karakteristik pribadi atau “karakter”.
B.
EQ Versus IQ
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan
kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkat
konseptual maupun di dunia nyata. Idealnya kedua keterampilan tersebut dapat
dikuasai oleh seseorang.
C.
Anatomi
Saraf Emosi
Korteks, yaitu bagian otak yang digunakan untuk berpikir.
Kadang-kadang disebut neokorteks sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak
yang mengurusi emosi yakni system limbic (hippocampus), tetapi sesungguhnya
hubungan antara kedua bagian inilah yang menentukan kecerdasan emosional
seseorang. Korteks terdiri atas empat lobus (belahan otak), dan kerusakan pada
lobus tertentu akan menyebabkan masalah tertentu pula. Adapun belahan otak
tersebut adalah: Lobus Oksipitalis terletak dibagian belakang kepala merupakan
bagian otak yang mengendalikan penglihatan. Lobus Temporalis terletak tepat
dibelakang telinga dikedua sisi kepala, kerusakan bagian ini akan menyebabkan
masalah pada memeori jangka panjang.
Menjadi Orang Tua Ber – EQ Tinggi Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa hubungan yang terbuka dan saling menyayangi dengan anak akan memberikan
efek jangka panjang berupa meningkatnya citra diri, keterampilan menguasai
situasi, dan mungkin kesehatan anak.
Bagi anak – anak dibawah 9 tahun, Barkley menganjurkan agar orang tua menetapkan wkatu khususu untuk berpartisipasi dengan anak-anaknya dalam kegiatan bermain. Selama waktu itu orang tua harus menciptakan suasana yang tidak menuntut penilaian tetapi menarik, menggairahkan, dan menunjukkan penerimaan.
Bagi anak – anak dibawah 9 tahun, Barkley menganjurkan agar orang tua menetapkan wkatu khususu untuk berpartisipasi dengan anak-anaknya dalam kegiatan bermain. Selama waktu itu orang tua harus menciptakan suasana yang tidak menuntut penilaian tetapi menarik, menggairahkan, dan menunjukkan penerimaan.
D.
Emosi dari Segi Moral
Ada dua kelompok emosi, yaitu: Emosi Negatif, sifatnya dapat
memitivasi anak-anak untuk belajar dan mempraktikan perilaku prososial,
termasuk (a) takut dihukum, (b) kekhawatiran tidak diterima oleh orang lain,
(c) rasa bersalah bila gagal memenuhi harapan seseorang, (d) malu bila berbuat
sesuatu yang tidak dapat diterima orang lain.
Emosi Positif akan membentuk moral anak, adalah empati dan apa yang disebut dengan naluri pengasuhan, yang meliputi kemampuan untuk menyayang.
Emosi Positif akan membentuk moral anak, adalah empati dan apa yang disebut dengan naluri pengasuhan, yang meliputi kemampuan untuk menyayang.
E.
Empati dan Kepedulian Kepada Anak
Salah satu unsure dari emosional adalah empati. Empati merupakan
suatu sikap kepribadian seseorang dimana seseorang mampu menempatkan diri dalam
posisi orang lain.
F.
Mengembangkan Empati dan Kepedulian
Keterampilan
memahami sesuatu dengan perspektif orang lain ini memungkinkan seorang anak mengetahui
kapan bias mendekati teman yang sedih dan kapan membiarkannya sendiri.
G. Keterampilan
EQ yang Harus Diingat
Hal yang perlu diingat dalam keterampilan EQ ini adalah : Ajarkan
nilai kejujuran kepada anak sejak mereka masih muda dan konsisten dengan pesan
anda waktu usia mereka bertambah. Pemahaman anak mengenai kejujuran bias
berubah, tetapi pemahaman anad jangan berubah. Anda dapat menjadikan kejujuran
dan etika sebagai bahan perbincangan sejak anak masih sangat muda dengan
memilihkan buku-buku dan video untuk menikmati bersama anak, memainkan
permainan kepercayaan, dan memahami berubahnya kebutuhan anak atas privasi.
H.
Emosi
Moral Negatif Rasa Malu
dan Rasa Bersalah
Membuat anak merasa malu atas perbuatan anti sosialnya merupakan
cara yang manjur untuk mengubah perilaku ini. Emosi negative rasa malu dan rasa
bersalah dapat dimanfaatkan secara konstruktif untuk membentuk perilaku moral
anak:
-
Memanfaatkan
rasa malu
-
Berpikir
realistis
-
Keuntungan
optimis
-
Mengubah
kelakuan anak dengan mengubah pola piker mereka
-
Mendefinisikan
masalah sebagai “musuh”
-
Membuat
kerangka baru suatu masalah dan menuliskannya
I.
Aplikasi
Pertimbangan Faktor Emosional Anak dalam Perencanaan Pembelajaran
Masalah kepribadian sering dapat menimbulkan kelakuan yang menyimpang, lebih-lebih jika seseorang dikategorikan tertekan perasaannya. Orang yang tertekan perasaannya akan cenderung untuk melakukan penyimpangan, mungkin terhadap system social ataupun terhadap pola-pola kebudayaan. Ada beberapa sifat khusus yang dapat menimbulkan kejahatan, yaitu sebagai berikut: Sakit Jiwa ( konflik mental yang berlebihan, cenderung antisocial, pernah melakukan dosa besar/berat)
Masalah kepribadian sering dapat menimbulkan kelakuan yang menyimpang, lebih-lebih jika seseorang dikategorikan tertekan perasaannya. Orang yang tertekan perasaannya akan cenderung untuk melakukan penyimpangan, mungkin terhadap system social ataupun terhadap pola-pola kebudayaan. Ada beberapa sifat khusus yang dapat menimbulkan kejahatan, yaitu sebagai berikut: Sakit Jiwa ( konflik mental yang berlebihan, cenderung antisocial, pernah melakukan dosa besar/berat)
1. Perkembangan Emosional
Teori
Freudianisme dan teori psikobiologi menekankan pada perlunya peran ego dalam
diri setiap individu. Jika ego lemah, emosi akan mudah terpicu sehingga dapat
melakukan hal-hal yang melanggar batas.
2.Perkembangan Mental
Mental
ada kaitannya dengan daya inteligensi. Jika seseorang mempunyai daya
inteligensi yang tajam dan dapat menilai realitas, ia semakin mudah untuk
menyesuaikan diri dengan masyarakat, dan sebaliknya.
3.
Anomi
Masa anomi ditandai dengan ditinggalkannya keadaan yang lama dan mulai menginjak dalam keadaan yang baru. Sebagai ukuran orang akan menjadi anomi (kebingungan) adalah (a) di kala ia berhadapan dengan suatu kejadian atau perubqahan yang belum pernah dialaminya, dan (b) di kala ia berhadapan dengan situasi yang baru, ketika harus menyesuaikan diri dengan cara-cara yang baru pula.
Masa anomi ditandai dengan ditinggalkannya keadaan yang lama dan mulai menginjak dalam keadaan yang baru. Sebagai ukuran orang akan menjadi anomi (kebingungan) adalah (a) di kala ia berhadapan dengan suatu kejadian atau perubqahan yang belum pernah dialaminya, dan (b) di kala ia berhadapan dengan situasi yang baru, ketika harus menyesuaikan diri dengan cara-cara yang baru pula.
J.
Aplikasi
Emosi dalam Kehidupan Sehari – hari
Proses emosi dapat dijelaskan dari proses fisiologik, yaitu
terjadinya perubahan dalam diri (visceral change)akibat dipengaruhi system
saraf autonomic, kelenjar endokrin, dan system saraf pusat. Hypothalamus
bekerja mengontrol system saraf autonomic, selanjutnya mengawali dan memulai
terjadinya kondisi dasar dan emosi. Cerebral Cortex bertindak sebagai penggerak
perbuatan emosi yang keadaannya tidak teratur.
Perubahan dalam reflek kulit Galvanis – GSR ( Galvanis Skin
Reflex), sirkulasi ( tekanan darah, perubahan kimiawi dan distibusinya),
aktivitas “Gastrointensinal”(panas badan), respirasi/berkeringat, berdirinya
bulu kuduk, ukuran pupil matadan sebagainya.
Kondisi bangkitnya (Arousal State) emosi dan motivasi sangat mirip satu sama lainnya. Proses Cerebral mempersepsi situasi dan menafsirkan sensasi selalu berbasis pada keadaan lingkungan.
Takut dan Marah, merupakan akibat dari proses fisiologik berbeda. Saat takut, adrenalin berada pada aliran darah, respirasi meningkat, reflex kulit galvanis menurun dan tekanan pada otot-otot terjadi dalam waktu singkat. Saat marah, nonadrenalin dibawa kealiran darah, meningkatnya reflex skin galvanis, berkurangnya respirasi, tekanan otot menyeluruh dan terjadi tekanan darah yang meningkat.
Kondisi bangkitnya (Arousal State) emosi dan motivasi sangat mirip satu sama lainnya. Proses Cerebral mempersepsi situasi dan menafsirkan sensasi selalu berbasis pada keadaan lingkungan.
Takut dan Marah, merupakan akibat dari proses fisiologik berbeda. Saat takut, adrenalin berada pada aliran darah, respirasi meningkat, reflex kulit galvanis menurun dan tekanan pada otot-otot terjadi dalam waktu singkat. Saat marah, nonadrenalin dibawa kealiran darah, meningkatnya reflex skin galvanis, berkurangnya respirasi, tekanan otot menyeluruh dan terjadi tekanan darah yang meningkat.
BAB 9
MERANCANG EVALUASI HASIL BELAJAR
A. Pendahuluan
Aspek evaluasi sering diabaikan dalam proses kegiatan belajar
mengajar.jika membuat alat evaluasi apakah memperhatikan aspek kognitif,
afektif dan psikomotor.
B. Pengukuran, Penilaian, dan Pengevaluasian Hasil Belajar
B. Pengukuran, Penilaian, dan Pengevaluasian Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar merupakan proses mulai dan menentukan objek
yang diukur, mengukurnya, mencapai hasil pengukuran, mentransformasikan ke
dalam nilai, dan mengambil keputusan lulus tidaknya seseorang, efektif tidaknya
guru mengajar atau baik-buruknya interaksi antara guru dan murid dalam proses
belajar mengajar.
C. Fungsi ujian sebagai Instrumen Evaluasi
Suatu ujian dikatakan bermutu baik apabila ujian tersebut: Menguji
apa yang hendak diuji. Dengan perkataan lain, rancangan ujian harus relevan dengan
fungsi evaluasi yang diinginkan. Terdiri atas serangkaian soal ujian yang baik
( valid, relevan, spesifik, representative dan seimbang)
D.
Struktur Soal Ujian
Apapun materi yang diujikan, hakikatnya didasarkan pada materi
perkuliahan dan buku bacaan wajib serta sejumlah handout yang dibagikan.
Struktur soal harus representative, seimbang dan relevan dengan sasaran
belajar. Perlu dibuat kisi-kisi spesifikasi soal untuk tingkat kemampuan
belajar, membuat pembobotan soal dan transformasi angka ke nilai.
E.
Kriteria Evaluasi
Penilaian
tegas dimaksudkan:
-
Membedakan
secara jelas yang lulus dan tidak lulus
-
Mengurangi
daerah ketidak pastian
Ada
dua acuan penilaian dalam pengambilan keputusan:
-
Penilaian
Acuan Patokan (Criterion Reference).
-
Penilaian
Acuan Norma (Norm Reference).
Beberapa
Konsep yang berkaitan dengan Evaluasi.
-
Validitas
Instrumen
-
Validitas
Isi, mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan isi pelajaran yang
diberikan
-
Validitas
Konstruksi, butir-butir soal membangun tes tersebut mengukur setiap aspek
berpikir sesuai tujuan instruksional khusus.
-
Validitas
“ada sekarang” , hasilnya sesuai dengan pengalaman.
-
Validitas
Prediksi, mampu meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
-
Reliabilitas
Instrumen
-
Jenis
Paralel, dua buah tes yang memiliki kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan
susunan, tetapi soalnya berbeda.
-
Jenis
Tes Ulang, jenis ini dilakukan untuk menghindari penyusunan dua seri test
-
Jenis
belah dua, jenis ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan sekali
lagi.
BAB 10
MERANCANG KEGIATAN PEMBELAJARAN
A.
Perlunya Penyiapan Rancangan Kegiatan Pembelajaran ( RKP )
Seperangkat ini perlu disiapkan dengan tujuan pembelajaran yang
jelas dan dapat dilaksanakan sesuai kondisi setempat, secara konkrit dapat
diukur sampai seberapa jauh tujuan yang ditentukan tercapai.
B.
Bagaimana Menyusun Rancangan Kegiatan Pembelajaran
- Menuliskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan
- Merumuskan TIU untuk tiap pokok bahasan
- Menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan dalam skema hubungan
- Menentukan frekuensi kuliah untuk setiap pokok bhasan
- Merumuskan sasaran belajar
- Membuat matriks rencana kegiatan perkuliahan (RKP)
- Menetukan ujian dan bobot soal
- Menyusun pedoman perkuliahan dan RKP
- Menyerahkan rencana kegiatan perkuliahan (RKP)
BAB 11
PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Kurikulum berbasis kompetensi sebagai paradima baru dalam system
pembaharuan kurikulum pendidikan disekolah. Muncul akibat lemahnya lulusan
dalam domain pendidikan dan kebijakan pemerintah untuk demokratisasi
pendididkan.
B.
Esensi KBK
1.
Guru
dan siswa bersifat toleran dalam PBM
2.
Guru
dan siswa belajar bersama menggali potensinya masing – masing secara optimal.
3.
Guru harus mampu mengejawantahkan potensi diri
dan bakat peserta didik.
4.
Guru
harus mampu menyusun rencana pembelajaran yang mampu membangun, membentuk serta
aplikatif dalam kehidupan.
5.
Guru harus mampu mengubah dirinya sendiri
6.
Pendekatan
yang dilakukan adalah konstruktivisme
7.
Sekolah
berkewajiban menyelenggarakan bimbingan dan konseling
8.
Koordinasi
antar personil dan kerjasama secara rutin berkesinambungan perlu dijalin untuk
mewujudkan peran guru.
C.
Kompetensi yang diharapkan dalam Pembelajaran
Implikasi penerapan kurikulum berbasis kompetensi adalah perlunya
pengembangan silabus dan system penilaian yang menjadikan peserta didik mampu
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang
ditetapkan dengan mengintegrasikan Life Skill.
D.
KBK Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika
-
Karakteristik
mata pelajaran matematika
-
Standar
kompetensi mata pelajaran matematika
-
Pengembangan
silabus dan system penilaian
-
Penyusunan
dan analisis instrument
-
Analisis
instrument
-
Evaluasi
hasil penelitian
-
Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya
-
Pelaporan
hasil penilaian
-
Laporan
untuk siswa dan orang tua
-
Laporan
untuk sekolah
-
Laporan
untuk masyarakat
-
Pemanfaatan
hasil penilaian
-
Untuk
siswa
-
Untuk
orang tua
-
Untuk
guru dan kepala sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar